Langsung ke konten utama

July Gran Fondo - Road to Kulonprogo

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Disini saya akan berbagi sedikit pengalaman tentang tantangan Gran Fondo dari Strava, hari ini (18/7), dimana kita harus bersepeda paling sedikit 100 km dalam sekali gowes. Rute yang saya ambil adalah Kulonprogo. Kenapa? Karena penasaran ingin bersepeda kesana, apalagi tujuan utama saya adalah ke Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport).

Berangkat dari rumah jam 05.32 WIB, tak lupa melakukan pemanasan terlebih dahulu untuk meregangkan otot agar tidak kaku. Dan tak lupa juga berdo'a dan membawa bekal berupa air mineral.

Tujuan pertama saya adalah ke Museum Soeharto, yang berada di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Tetapi saya disana hanya sekedar berhenti di depan pintu gerbang museum dan mengabadikannya, hehehe. Selama perjalanan, saya dituntut untuk melatih endurance saya dalam bersepeda. Ruas ringroad dan Jalan Wates lah yang digunakan untuk melatih endurance, walaupun nggak cepat-cepat amat lah.

Berpose di depan Museum Soeharto

Setelah dari Kemusuk, tujuan kedua saya adalah Studio Alam Gamplong. Rute yang dilalui beragam. Mulai jalan aspal mulus, jalan cor, hingga jalan berlubang. Sampai di Studio Alam Gamplong, saya tak langsung masuk. Selain karena belum dibuka, juga mengejar waktu agar tak kesiangan sampai YIA.


Pergowesan pun dilanjutkan ke Jembatan Bantar, walaupun harus melalui jalan perkampungan yang beragam. Seakan ada tantangannya tersendiri bagi saya, sekaligus untuk menghajar MTB di jalan rusak, kan MTB cocok untuk digunakan di jalan rusak, hehe. Kemudian berbelok kembali ke Jalan Wates, hingga akhirnya sampai di Jembatan Bantar. Sesampainya di Jembatan Bantar, saya langsung menuju ke jembatan lama yang bersejarah. Tak lupa saya pun berpose di jembatan lama tersebut.

Ngeksis di Jembatan Bantar. Terima kasih buat yang udah bantu fotoin

Setelah dari Jembatan Bantar Lama, saya pun melanjutkan pergowesan saya menuju Wates via Pengasih. Jalurnya pun naik turun bukit, sehingga memaksa saya untuk mengeluarkan energi dan skill gowes dan gear shifting. Karena sedikit tidak kuat, akhirnya saya berhenti sejenak untuk menyetabilkan ritme jantung dan mengatur nafas, agar kuat sampai YIA.

Sesampainya di Wates, saya pun mencari tempat untuk sarapan pagi. Kucari warung mie ayam, yang sudah saya rencanakan dari kemarin untuk mampir, tetapi sampai sana, warungnya belum buka. Cari lagi di sekitar Alun-alun Wates, tapi kok ragu ya, ya sudah deh cari aja sepanjang perjalanan.
Sewaktu di perjalanan, ketemu deh warung mie ayam yang sudah buka. Lokasinya di jalan menuju Gedung Kesenian Kulonprogo, utaranya Terminal Wates. Ya sudah, saya parkir sepeda saya, langsung pesan Mie Ayam Bakso dan Es Teh.

Setelah sarapan, saya pun melanjutkan pergowesan saya menuju tujuan utama saya, YIA. Tak butuh waktu lama, saya pun mempercepat kayuhan saya, agar bisa cepat sampai YIA.
Akhirnya sampai juga di YIA..

Sesampainya di YIA, sayapun tak lupa mengitari sekitar YIA, penasaran juga pengen bersepeda dan foto-foto di bagian atas alias tempat drop penumpang, walau akhirnya harus kandas karena sepeda tidak diijinkan masuk kesana. Yasudahlah, akhirnya muter-muter saja hehe.

Berpose di Depan Tulisan YIA

Keluar dari YIA, saya langsung bertemu dengan rombongan-rombongan pesepeda. Setelah ngobrol sana-sini, ternyata mereka dari Sewon Bantul, satu daerah dengan saya, hehe. Karena mereka juga ingin pulang lewat JJLS, akhirnya saya ikut, walau akhirnya beberapa ratus meter setelah Underpass YIA kami berpisah karena mereka akan menuju ke Pantai Glagah, dan saya bablas pulang ke rumah hehe.

Gowes Bareng Rombongan dari Sewon

Sepanjang perjalanan pulang, saya pun dihadapi tantangan baru, berupa angin laut yang kencang, yang bikin nggak bisa ngebut saat bersepeda sepanjang JJLS dari Garongan sampai Brosot.

Setelah 5 jam 16 menit saya mengayuh sepeda, akhirnya saya tiba di rumah pas menjelang waktu Dzuhur. Benar-benar pergowesan yang melelahkan. Tak butuh waktu lama, saya pun langsung bebersih diri, shalat Dzuhur, lalu istirahat.

Sekian laporan gowes pertama yang saya buat, semoga Anda tertarik membacanya.

Rute Pergowesan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Tentang Bis Malam

Berikut ini adalah sedikit informasi mengenai bis malam.

Jenis-jenis Keyboard Komputer

Anda pasti sudah tau apa yang namanya keyboard. Apa coba? Ya! Sebuah hardware alias peripheral yang berfungsi buat menulis kata-kata ke dalam komputer. Baik itu mengetik dokumen sampai curhat ke dunia maya, hehe piss. Keyboard terdiri atas kumpulan huruf (dari A sampai Z), angka, simbol, hingga tombol fungsi pun ikut disematkan.

DARI YANG AWALNYA FOKUS WISATA, MULAI BERMAIN KE REGULER

Guna menambah pemasukan, beberapa PO yang awalnya hanya fokus ke Bus Pariwisata, mulai bermain ke angkutan reguler. Dimulai dari BGS Trans pada tahun 2013 dengan trayek Cilacap Jakarta (Kampung Rambutan) via Tasikmalaya dan Tol Cipularang, walaupun tidak bertahan lama. Dan juga Brillian dengan inovasi yang menghebohkan (kala itu) dengan sleeper bus nya. YA, SLEEPER BUS! Bus dengan konsep kamar tidur, dengan menggunakan ranjang, tidak seperti Suites Class buatan Laksana maupun Adiputro saat ini, dan juga tidak bertahan lama karena terkendala perizinan. Beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 2018 disusul Agam Tungga Jaya dengan nama Sudiro Tungga Jaya untuk angkutan regulernya, hingga membuka cabang di Solo dengan nama PT. Tunas Muda Transportation. Setahun kemudian, Bhaladika juga ikutan bermain di angkutan reguler.  Tahun 2020 menjadi tahun yang paling terpuruk bagi angkutan wisata dikarenakan pandemi yang belum kunjung usai (hingga saat ini). Blue Star dan Pelita Baru (dengan nama Pelit